Assalamu’alaikum
Wr. Wb.
Kali
ini Caraka akan berbagi info seputar buah tangan Wonosobo.
Selamat
membaca. .
CARICA
Apa sih oleh
- oleh khas kampung halaman Caraka yang terletak di Wonosobo ? Hayooo apa, anda
yang tahu tidak ? Yang paling khas di Wonosobo adalah
Carica. Carica adalah buah semacam pepaya, yang disaapabilan dalam campuran
sirup, dan dikemas dalam botol serupa botol selai.
Nama
latin buah carica ini adalah Carica Pubescens atau Carica Candamarcensis, atau
kadang dikenal sebagai Mountain Papaya, atau di antara penduduk setempat
dikenal sebagai gandul Dieng.
Buah
carica masuk dalam keluarga pepaya. Bedanya, apabila pepaya biasa lebih dikenal
sebagai tumbuhan tropis yang memerlukan banyak panas dan matahari, maka carica
termasuk keluarga pepaya yang hanya dapat tumbuh di tempat tinggi, memerlukan
temperatur yang cukup dingin, dan banyak hujan. Kondisi tersebut sangat cocok
dengan iklim Dataran Tinggi Dieng di Wonosobo.
Menjadi
petani buah carica tidak terlalu sulit, karena usia pohon carica yang relatif
panjang, dapat sampai 20 tahun bahkan lebih. Pohon carica yang saat ini dipanen
oleh petani di Pegunungan Dieng sudah ditanam sejak tahun 1980an.
Kurang
lebih satu tahun setelah dipanen, pohon carica tersebut sudah dapat
menghasilkan buah yang baik. Apabila mutu buah sudah mulai menurun, biasanya
setelah enam bulan, petani tinggal memangkas pohon tersebut. Dari
pucuk-pucuknya akan tumbuh tunas baru yang segera menghasilkan buah yang lebih
baik.
Proses
pemasakan carica oleh semua produsen adalah serupa, bahkan serupa juga dengan
pemasakan buah lain dalam sirup, seperti buah salak, mangga dan nanas. Oleh
karena itu, untuk dapat bertahan dalam bisnis tersebut, mereka bersaing dalam
hal harga dan rasa. Karena kemudahan-kemudahan inilah, maka sampai saat ini di
Wonosobo terdapat banyak usaha mikro
yang memproduksi buah carica.
ASPEK
PEMASARAN
Sudah dimulai sejak tahun 1980-an. Bahkan di
Wonosobo juga pernah berdiri PT. Dieng Jaya, sebuah perusahaan yang bergerak di
bidang industri pengalengan buah-buahan agro (hortikultura) dan jamur merang
(champignon), dengan jumlah pegawai antara 3200-3500 orang. Dengan produksi
sekitar 1,5 juta ton jamur segar per tahun, PT. Dieng Jaya waktu itu merupakan
produsen jamur terbesar di dunia. Bandingkan dengan total produksi jamur segar
dari Amerika Serikat, Eropa dan Asia yang hanya sekitar 1,3 juta ton per tahun.
Akan
tetapi karena terus menerus mengalami defisit sejak tahun 1995, akhirnya PT.
Dieng Jaya berhenti beroperasi pada tahun 2003. Pengaruh penutupan PT. Dieng
Jaya tidak hanya berpengaruh pada lebih dari 3200 keluarga karyawan yang
mendadak kehilangan pekerjaan, tetapi juga pada sekitar 700 keluarga petani
plasma yang bekerja sama dengan perusahaan ini menggunakan pola inti rakyat
(PIR).
Setelah
PT. Dieng Jaya tidak beroperasi lagi, para agen dan toko-toko yang menjual
produk buah carica dalam sirup menjadi kesulitan mencari bahan pasokan.
Permintaan pasar yang cukup besar ini kemudian ditanggapi oleh para produsen
industri kecil di Wonosobo dan sekitarnya.
PETANI
CARICA
Permintaan
buah carica yang dipanen oleh para petani carica berasal dari para pengusaha industri rumahan buah carica dalam sirup.
Beberapa petani langsung mengirimkan buah carica tersebut kepada pelanggan, dan
sisanya lebih suka menjualnya dulu kepada pengepul, tetapi jumlahnya tidak
banyak. Ini disebabkan karena apabila mereka menjual langsung kepada pelanggan,
yaitu para produsen, harganya akan lebih tinggi dibandingkan apabila mereka
menjualnya melalui pengepul.
Yang
unik adalah cara pembayaran para pengusaha kepada para petani. Kadang-kadang,
pembayaran memang dilakukan secara tunai. Tapi di lain waktu, pengusaha
membayar petani dalam bentuk pinjaman barang. Misalnya apabila petani
ingin membeli pupuk, bibit, atau bahkan lemari es dan parabola, maka pengusaha
akan menalangi pembelian terlebih dahulu. Setelahnya, para petani akan membayar
cicilan dengan buah carica. Dasarnya hanya kepercayaan,
dan sejauh ini tidak pernah ada masalah. Salah satu hal yang mendasari pola ini
adalah karena para petani belum mengenal bank. Dengan demikian, potensi
menabung para petani ini sangat besar.
PRODUSEN
Tidak semua produsen carica beroperasi setiap hari. Beberapa dari mereka hanya berproduksi dua atau tiga hari sekali. Hari-hari lain digunakan untuk memproduksi makanan lain yang juga merupakan makanan khas dari Wonosobo, seperti kripik jamur, kacang koro, dan lain sebagainya.
Tidak semua produsen carica beroperasi setiap hari. Beberapa dari mereka hanya berproduksi dua atau tiga hari sekali. Hari-hari lain digunakan untuk memproduksi makanan lain yang juga merupakan makanan khas dari Wonosobo, seperti kripik jamur, kacang koro, dan lain sebagainya.
Sedangkan
permintaan yang semakin meningkat menjelang hari raya sebanyak dua kali per
tahun belum dapat terlayani. Demikian juga permintaan dari Jawa Barat dan
Jakarta belum dapat terlayani.
Hal ini merupakan
peluang bisnis yang bagus bagi anda yang ingin memulai suatu usaha, dikarenakan
pangsa pasar yang begitu luas dan permintaan yang begitu banyak namun belum
dapat terpenuhi.
ASPEK
TEKNIS DAN PRODUKSI
Pohon
carica termasuk pohon yang mudah sekali ditanam dan dipelihara. Buahnya mirip
pepaya karena memang berasal dari satu keluarga. Berwarna kehijauan, atau
kekuningan apabila sudah cukup matang, hanya saja bentuknya lebih kecil dari
pepaya.
Bedanya,
buah carica tidak dapat dimakan langsung, karena daging buahnya banyak
mengandung getah, sehingga rasanya pahit dan menyebabkan gatal di tenggorokan.
Penduduk setempat menikmati buah ini dengan cara membelahnya menjadi dua dan mengambil
bijinya untuk disesap.
Karena
rasanya yang manis, biji inilah yang nantinya akan dibuat sirup dan dapat
memberikan rasa khas pada buah carica dalam sirup. Pada bagian berikut akan
diuraikan aspek teknis dan produksi dari dua pelaku, yaitu petani dan produsen
industri kecil buah carica.
TINGKAT
PETANI
Selain
pemandangan yang sangat indah, kondisi alam yang demikian sangat cocok dan
ideal untuk menanam berbagai macam buah dan sayuran. Para petani memanfaatkan
potensi ini dengan memanfaatkan setiap jengkal tanah untuk ditanami. Berbagai
macam sayuran yang sulit untuk ditanam di tempat lain, sangat mudah didapati di
pegunungan ini.
Salah
satunya adalah buah carica. Pohon carica terbanyak terdapat di Desa Sembungan
Kecamatan Dieng Kabupaten Wonosobo, yang konon merupakan desa tertinggi di
Propinsi Jawa Tengah. Berdasarkan
informasi, pohon tersebut mulai dimanfaatkan sejak tahun
1980-an.
Pemanfaatan
buah carica dimulai ketika pada tahun 1980-an. Dinas Perindustrian memberikan kursus cara
pengawetan buah-buahan. Beberapa ibu rumah tangga menerapkan kursus tersebut
dengan mencoba mengawetkan berbagai macam buah seperti salak, kedondong dan
mangga.
Akan
tetapi hasilnya tidak begitu menggembirakan. Salah satu sebab utamanya adalah
karena belum adanya teknologi yang mendukung pengawetan buah secara alami,
sehingga akhirnya buah-buahan tersebut cepat busuk atau cita rasanya cepat
berubah. Baru setelah mencoba pengawetan buah carica, diperoleh hasil yang
memuaskan.
Buah
carica yang dikemas dalam botol dapat tahan sampai kurang lebih dua tahun.
Sedangkan buah carica yang dikemas dalam gelas cup, dapat tahan sampai kurang
lebih enam bulan. Tentu saja keduanya dengan catatan bahwa kemasan tidak rusak.
Pernah dicoba untuk melakukan pengemasan buah carica dalam kaleng. Tetapi
ternyata hasilnya sangat mengecewakan. Buah carica cepat busuk, dan merusak
kalengnya.
Setelah
menyadari potensi bisnis pengawetan buah carica inilah, maka sekitar tahun
1985, Ibu Piet Sumarto yang menjadi pelopor dalam bisnis ini, meminta para petani
di Pegunungan Dieng supaya menanam pohon carica. Karena kemudahan penanamannya,
maka di pegunungan Dieng jarang terdapat satu areal tanah pertanian yang hanya
ditanami pohon carica. Rata-rata pohon carica ditanam sebagai selingan
penanaman kentang dan kubis. Hanya ada beberapa areal khusus yang ditanami
pohon carica.
Apabila
khusus hanya ditanami carica, maka untuk areal tanah pertanian seluas setengah
hektar, dapat ditanami sekitar 3000 pohon carica, dengan jarak tanam 1-2 meter.
Pohon tersebut dapat langsung dipanen pertama kali setelah ditanam kurang lebih
selama satu tahun. Dan setelahnya rata-rata dapat dipanen dua kali seminggu.
Selain
itu juga dilakukan perawatan dengan menggunakan pupuk kompos/organic. Untuk
areal seluas setengah hektar tersebut di atas, diperlukan sekitar lima ton
pupuk. Pemupukan ini dilakukan 6-12 bulan sekali, tergantung seberapa sering
pohon tersebut dipanen.
Semakin
sering dipanen, semakin cepat menurun jumlah dan kualitas buahnya. Setelah
dipanen, buah carica juga tidak memerlukan tempat khusus untuk penyimpanan.
Dengan demikian tidak diperlukan adanya biaya storage/pergudangan. Apabila
semua pohon sedang siap dipanen, dari 3000 pohon tersebut dapat diperoleh
kurang lebih 4-5 kuintal buah carica masak.
Sementara
terdapat kesediaan sayur dan buah-buahan yang sangat berlimpah di Dieng, maka
petani hanya perlu membeli beras dan keperluan pokok lain untuk sandang dan
perumahan. Karena itulah maka biaya hidup di Dieng masih cukup rendah. Dengan
demikian, potensi tabungan masyarakat di desa ini sangat tinggi, mengingat
selama ini belum ada BPR atau lembaga keuangan lain yang masuk ke desa ini.
Padahal
dengan memperhitungkan pendapatan yang rata-rata sebesar Rp.550.000,00 sampai
Rp.625.000,00 per minggu dari penjualan buah carica (belum termasuk hasil
penjualan buah-buahan lain), maka diperkirakan setiap minggunya para petani
dapat menabung sebesar Rp.400.000,00 sampai Rp.500.000,00. Akan tetapi karena
belum adanya fasilitas menabung tersebut, maka penduduk desa ini membelanjakan
uangnya untuk barang-barang konsumtif.
Sebagaimana
dapat dilihat secara langsung, rata-rata petani di desa ini memiliki parabola.
Kesukaan pada parabola ini disebabkan karena tingginya letak desa ini, sehingga
pemancar televisi tidak dapat menjangkau.
Dari
hasil penelusuran tim penulis, buah carica ini pernah diuji coba untuk ditanam
di Malang Jawa Timur yang juga merupakan daerah dingin, dan hasilnya cukup
menggembirakan. Akan tetapi karena adanya keterbatasan biaya, maka saat ini
penanaman untuk sementara dihentikan.
TINGKAT
PRODUSEN.
Jumlah
buah carica dalam botol yang dapat diproduksi oleh para pengusaha industri
kecil sangat beragam. Beberapa produsen bahkan hanya memproduksi buah carica
selama beberapa hari dalam seminggu, diselang-seling dengan produksi makanan
kecil lain yang juga merupakan ciri khas kota Wonosobo, seperti kacang koro,
kripik tempe, dan lain sebagainya.
Proses
produksi pada industri pengawetan buah carica dalam sirup :
1.
Pengupasan :
v
Mayoritas pengupasan dilakukan oleh tenaga
kerja wanita.
v
Mengingat sifat buahnya yang sangat banyak
mengandung getah, pada saat pengupasan sangat dianjurkan untuk mengenakan
sarung tangan supaya tidak gatal (menurut keterangan para pekerja, getah buah
tersebut sangat baik untuk mengobati kaki yang kapalan. Mengenai benar tidaknya
keterangan tersebut, masih perlu dibuktikan dengan penelitian yang mendalam).
v Setiap
orang tenaga kerja mampu mengupas ½ kuintal buah per harinya.
2.
Pemisahan buah dari bijinya :
v
Setelah dikupas, biji buah dikeruk dan
dipisahkan dengan daging buahnya. Biji buah inilah yang nantinya diperas untuk
membuah sirup yang memberi cita rasa khas pada buah.
v
Biji buah ini berwarna hitam, dan di luarnya
ada selaput putih yang membungkus seluruh biji. Biji dan selaput putih inilah
yang disesap-sesap untuk menikmati buah carica secara tradisional.
3.
Pemotongan :
v
Setelah dipisahkan dengan bijinya, buah
dipotong-potong dengan bentuk yang menarik dan supaya dapat dikemas dalam
botol.
v Biasanya
bentuk yang dipilih adalah segitiga, dipotong mengerucut mulai pangkal buahnya.
4.
Penggaraman dan pencucian :
v
Pencucian buah dilakukan dua kali: pertama
kali setelah buah selesai dikupas, dan kedua kalinya setelah buah selesai
dikupas.
v Pada
kedua tahap pencucian tersebut selalu disertakan kurang lebih dua sendok makan
garam. Gunanya adalah untuk menghilangkan rasa pahit yang berasal dari getah.
5.
Pembuatan sirup buah :
v
Biji beserta selaput yang melapisinya dengan
ditambah sedikit air diperas, sampai keluar cairan kental yang berbau khas buah
carica. Pemerasan dapat dilakukan berkali-kali sampai aroma khas tersebut
hilang.
v
Setelah diberi air dan gula pasir secukupnya,
sirup tersebut direbus sampai mendidih.
v Setelah
mendidih, sirup yang sudah jadi harus disaring untuk dipisahkan dengan
ampasnya.
6.
Pengemasan :
Setelah
buah dipotong-potong dan dicuci bersih dan setelah sirup jadi, keduanya
langsung dicampur dan dikemas dalam botol.
v
Botol dan tutup yang akan digunakan terlebih
dahulu dicuci bersih.
v
Kemudian panci/dandang berisi air yang akan
digunakan juga terlebih dahulu dipanaskan sampai airnya mendidih.
v
Selanjutnya buah yang telah dipotong-potong
terlebih dahulu dimasukkan ke dalam botol-botol.
v
Setelah itu, botol yang telah berisi potongan
buah ditimbang.
v
Kemudian ditambahkan sirup sampai botol penuh
dan dikukus selama kurang lebih 15 menit.
v
Setelah dikukus, botol diambil dari dandang,
kembali dipenuhi dengan sirup, dan ditutup rapat-rapat.
v
Sedangkan proses pengawetan dilakukan dengan
sederhana. Yaitu botol yang telah ditutup direbus di dalam panci bermulut lebar
selama kurang lebih 10 menit. Cara pengawetan ini dapat membuat buah carica
dalam sirup bertahan sampai kurang lebih 2 tahun.
7.
Packing
v Proses
packing tidak langsung dilakukan. Setelah buah carica dan sirup dimasukkan
dalam botol dan diawetkan, ditunggu dulu sampai sekitar 7 hari supaya sirupnya dapat
meresap ke dalam buah, baru dipacking dan dikirimkan kepada pelanggan. Cara
packing adalah dengan memasukkan botol-botol tersebut ke dalam kotak khusus.
Setiap kotak berisi 12 botol. Buah carica dalam sirup siap untuk dikirim.
Sebagaimana
telah disebutkan di depan, kecuali kemasan dalam botol yang harganya berkisar
antara Rp.4750 sd Rp.5000 per botolnya, buah carica dalam sirup juga ditawarkan
dalam kemasan cup plastik. Akan tetapi dalam kemasan ini buah carica hanya
bertahan selama maksimal 6 bulan saja. Oleh karena itu harganya juga lebih
murah, hanya sekitar Rp.2500,00 sampai Rp.3000,00 saja per cup-nya.
Dengan
15 orang tenaga kerja, setiap harinya dapat diproduksi 1000 botol buah carica.
Perincian pembagian kerjanya adalah sebagai berikut :
Ø Sepuluh
orang tenaga kerja (umumnya adalah wanita) bertugas mengupas, memotong-motong
daging buah, mencuci dan menggarami, memeras bijinya dan memprosesnya sampai
menjadi sirup, memasuk-masukkan daging buah yang telah dicuci ke dalam botol,
menimbang, mengukus, dan merebusnya untuk sterilisasi. Total buah carica yang
diproses adalah sebanyak 3-4 kuintal per harinya. 2 orang tenaga merupakan
tenaga tetap dengan gaji Rp.400.000,00 per bulan. Dua orang inilah yang
memegang resep pemasakan buah sirup carica sehingga menghasilkan cita rasa yang
tinggi. 8 orang lainnya adalah tenaga kerja harian dengan upah Rp.15.000,00 per
hari, dan bekerja 5-6 hari dalam seminggu. Baik tenaga kerja tetap maupun
harian bekerja selama kurang lebih 8 jam, dari pukul 08.00 pagi sampai 16.00
WIB. Apabila dihitung secara rata-rata, gaji pegawai tetap dengan upah tenaga
harian ternyata hampir sama. Bedanya, setiap harinya tenaga harian dapat
berbeda-beda orangnya.
Ø Tiga
orang tenaga kerja laki-laki bertugas untuk melakukan persiapan seperti
mengangkut buah-buah carica yang masih mentah, membeli minyak tanah untuk
memasak, mempersiapkan kompor dan dandang-dandang atau panci-panci yang akan
digunakan untuk mengukus dan merebus, menutup botol-botol yang telah diisi
dengan daging buah dan sirup (proses ini memang harus dilakukan oleh laki-laki,
karena supaya botol tertutup dengan baik diperlukan tenaga yang sangat kuat),
serta untuk melakukan proses packing. Ketiganya adalah tenaga harian, dengan
upah Rp.15.000,00 per hari, dan bekerja 5-6 hari dalam seminggu.
Ø Dua
orang tenaga laki-laki dipekerjakan sebagai tenaga driver yang akan mengirim
buah carica kepada pelanggan. Keduanya adalah tenaga tetap, namun dengan
mempertimbangkan senioritas, 1 orang diberi gaji Rp.550.000,00 per bulan, dan 1
orang lainnya diberi gaji Rp.400.000,00 per bulan.
Karena
sifat tanaman yang sangat mudah dipelihara, alat-alat produksi yang sangat
mudah diperoleh, serta proses pemasakan sampai packing yang sangat mudah
dilakukan, maka kegiatan produksi tidak pernah menemui kendala yang berarti.
Aspek
sosial ekonomi dan dampak lingkungan.
A.
Aspek Sosial Ekonomi
Karena
sifat buahnya yang bergetah dan rasanya yang asam, semula buah carica tidak
disukai oleh penduduk. Akan tetapi setelah pada tahun 1980an, diketahui bahwa
buah carica ternyata enak dimakan apabila diolah dengan cara yang tepat.
Karena
didukung juga oleh cara penanaman dan pemeliharaan yang sangat mudah, maka
sejak saat itu banyak sekali petani yang menanam buah carica. Pada saat itu sempat
berdiri sebuah pabrik yang dapat menampung sekitar 3500 tenaga kerja. Ketika
pabrik tersebut tutup, ribuan tenaga kerja kehilangan mata pencarian, dan
ratusan petani kehilangan pendapatan.
Akan
tetapi karena permintaan buah carica dalam sirup masih cukup tinggi, industri
kecil mulai bermunculan. Setelah mengetahui bahwa buah carica sangat reaktif apabila
menggunakan kaleng sebagai kemasan, maka mereka mengganti kaleng tersebut dengan
botol. Ternyata berhasil.
Dengan
demikian, buah carica dalam sirup ini kembali dapat memberikan lapangan
pekerjaan kepada para penduduk di kota Wonosobo, termasuk pegunungan Dieng dan
sekitarnya, baik yang berada di sektor pertanian maupun industri kecil.
Perubahan
positif dalam aspek ekonomi ini akan semakin meningkat apabila pihak perbankan
dapat berperan serta mengembangkan usaha-usaha tersebut, baik dalam hal
pemberian kredit yang tepat guna, maupun hal-hal teknis lainnya.
B.
Aspek Dampak Lingkungan
Sebagaimana
diketahui, pohon carica sangat mudah ditanam, sehingga para petani di
Pegunungan Dieng sering menanam pohon ini di pematang kebun, bersama-sama
dengan tanaman pangan lain. Oleh karena itu, sebagaimana tanaman pangan lain,
pohon carica sama sekali tidak mengganggu lingkungan.
PENUTUP
Sebagai penutup dari analisis terhadap usaha mikro, kecil dan menengah buah carica dalam sirup, maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut :
Sebagai penutup dari analisis terhadap usaha mikro, kecil dan menengah buah carica dalam sirup, maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut :
1.
Pelaku usaha yang terlibat dalam usaha ini adalah petani, pengepul dan industri
kecil buah carica dalam sirup. Akan yang dibahas dalam buku ini adalah petani
dan industri kecil, karena jumlah pengepul tidak terlalu banyak.
2. Sampai sejauh ini, daerah yang cukup berhasil menanam dan mengembangkan industri buah carica adalah di Pegunungan Dieng Wonosobo. Di daerah Malang juga pernah dikembangkan pertanian dan industri serupa, akan tetapi karena keterbatasan lahan, maka untuk sementara dihentikan.
3.
Buah carica dalam sirup sangat diminati oleh masyarakat, khususnya di Jawa
Timur, Bali, Jawa Tengah dan Yogyakarta. Pengembangan ke Jawa Barat dan Jakarta
belum dilakukan karena keterbatasan biaya.
4.
Dari sisi aspek teknis dan produksi, tidak ada kendala berarti yang ditemui,
karena pohon carica mudah ditanam dan juga mudah mengolahnya. Demikian juga
ketersediaan bahan baku dalam jangka panjang memungkinkan industri ini semakin
berkembang.
5.
Ditinjau dari aspek keuangan, usaha ini menunjukkan hasil yang layak untuk
dikembangkan, dengan tingkat suku bunga 18%, dan jangka waktu kredit antara
empat sampai lima tahun.
6.
Analisis aspek sosial, ekonomi dan dampak lingkungan juga menunjukkan bahwa
usaha ini layak dikembangkan, karena selain dapat menciptakan lapangan kerja
bagi penduduk sekitarnya, juga tidak merusak lingkungan, sebagaimana layaknya
suatu tanaman pangan.
Sedangkan
beberapa saran yang dapat dikemukakan dalam rangka mengembangkan usaha ini
adalah :
1.
Pemerintah daerah diharapkan dapat lebih memperhatikan usaha ini, dengan
cara-cara antara lain memudahkan perijinan dan memberikan bantuan teknis supaya
usaha ini dapat lebih berkembang.
2.
Buah carica dalam sirup yang dikemas dalam botol dapat bertahan antara 1,5
sampai 2 tahun, dengan cara pengawetan yang sangat sederhana. Oleh karena itu,
hasil produksi ini dapat diekspor lebih jauh keluar daerah, terutama apabila
didukung oleh cara pengawetan yang lebih baik lagi.
Note :
Beberapa
informasi didapat dari rekam jejak petualangan sekelompok peneliti.
Khasiat :
1)
Menyegarkan
tenggorokan yang kering karena dahaga.
2)
Bermanfaat
bagi tubuh.
3)
Mengandung
kalsium, vitamin A dan C, berguna untuk menghaluskan kulit, mengobati radang
lambung dan menurunkan suhu tubuh.
4)
Baik
dikonsumsi untuk atasi masalah pencernaan.
Sekian,
semoga bermanfaat untuk anda.
Terima
kasih telah membaca artikel Caraka, kritik dan saran yang membangun sangat
dinanti.
Wassalamu’alaikum
Wr. Wb.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar